AGAMA KONG HU CU
Nama Kitab Suci : Si Shu Wu Ching
Nama Pembawa : Kong Hu Cu
Permulaan : Sekitar 2500 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Li Tang / Klenteng
Hari Besar Keagamaan : Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh
Indonesia terdiri dari berbagai macam etnik, dan salah satunya adalah Tionghoa, etnik terbesar yang berasal dari luar. Nenek moyang mereka dahulu dating ke nusantara dengan motivasi utama ekspansi perdagangan dan mencari kebutuhan ekonomi secara umum.
Menurut sepanjang sejarah orang-orang Cina sudah hidup bermasyarakat dengan budaya yang tinggi sejak tahun 2700 SM. Beberapa sumber kuno mengemukakan bahwa mereka telah mempunyai ‘Sje-tsing’ yaitu buku tentang pujian-pujian dan ‘Shu Ching’ yaitu buku tentang sejarah, yang member kesan bahwa mereka sudah percaya pada satu Tuhan (monotheisme) yang disebutnya ‘Shang ti atau Penguasa Tertinggi yang berada di Tien (surga).[1] Kemudian orang-orang Cina itu di tanah airnya dipengaruhi ajaran Budha, Tao dan Kong Hu Cu, yang kemudian dibawa pula mereka yang pergi merantau.
Asal-usul agama Kong Hu Cu
Agama Kong Hu Cu dipadankan dengan sejumlah sebutan: Kong Jiao/Kung Chiao, Ru Jiao/Chiao, dan Ji Kau. Semua sebutan tersebut merujuk pada sejarah bahwa Kong Hu Cu merupakan suatu “agama” klasik Cina yang dibangkitkan kembali oleh Kong hu cu, yang dalam bahasa asalnya berarti agama kaum yang taat, yang lembut hati, yang memperoleh bimbingan, atau kaum terpelajar. Oleh sejumlah orientalis Kong Hu Cu di sebut juga Confucianism, karena kongcu adalah tokoh sentral yang membawa ajaran tersebut.
Kong Hu Cu atau Konfusis adalah seorang ahli filsafat Cina yang terkenal sebagai orang pertama penegembang sistem memadukan alam pikiran dan kepercayaan orang Cina yang mendasar. Ajarannya menyangkut kesusilaan perorangan dan gagasan bagi pemerintahan agar melaksanakan pemerintahan dan melayani rakyat dengan teladan perilaku yang baik.
Pendiri dan Pembawa ajaran Kong Hu Cu
Uraian tantang pribadi Kong Hu Cu dan cara hidupnya digambarkan dalam laporan-laporan dari para muridnya yang terhimpun di dalam ‘Lun Yu’ yaitu suatu analisis kehidupan Kong Hu Cu. Guru dari Shantung ini berasal dari keluarga sederhana, yang jujur dan setia berbakti kepada ‘Thian’. Diceritakan bahwa kelahirannya pada tahun 551 SM dikota kecil Lu di wilayah propinsi Shantungsekarang. Yang diiringi oleh peristiwa-peristiwa ajaib dan pada tubuhnya terdapat tanda-tanda luar biasa. Dia lahir sebagai anak bungsu yang mempunyai 11 saudara.[5]
Sejak mudanya ia menderita, karena ditinggal mati ayahnya pada usia 3 tahun, dan hanya dibesarkan oleh ibunya dan kakeknya. Ia termasuk pemuda yang cerdas yang senang belajar ilmu pengetahuan dan music. Menjelang dewasa, pada usia 35tahun ia bekerja sebagai pegawai di pemerintahan umum di tempat asalnya untuk beberapa tahun saja yakni sejak Raja Muda Ciau, pada usia 51-55 tahun Kong Hu Cu aktif dalam pemerintahan dan terakhir menjabat sebagai Menteri Kehakiman merangkap Perdana Menteri. Dalam waktu yang relatif singkat, ia berhasil mengangkat martabat negeri Lo sehingga dihormati oleh negeri-negeri lain. Ia berhasil dan berpengalaman dalam memperbaiki pemerintahan Lo yang kacau, penuh peperangan, korupsi, dan kesengsaraan rakyat, melalui perbaikan system pemerintahan, filsafat dan etika, dengan tetap berakar pada tradisi kepercayaannya. Kemudian berhenti pada tahun 528 SM dan selama 16 tahun menjadi guru. Karena ibunya wafat, ia lalu pergi mengasingkan diri untuk bersemadi selama tiga tahun. Setelah selesai meditasinya ia menyampaikan ajaran-ajarannya sehingga berangsur-angsur ia mempunyai pengikut. Memasuki umur 50 tahun namanya memuncak naik dan mendapat kedudukan tinggi dalam pemeritahan.
Pengalaman dalam birokrasi pemerintahan dan politik itu tidak begitu lama, karena Raja Muda Ting jatuh karena mengabaikan system pemerintahan yang telah lama dibina oleh Kong Hu Cu. Dalam usia 56 tahun ia meninggalkan negeri Lo dan mengembara ke dalam dunia spiritual serta memposisikan diri sebagai Bok Tok ( genta Rohani).
Dalam masa 13 tahun Kong Hu Cu mengembara dan menyampaikan ajarannya ke berbagai Negeri bersama murid-muridnya yang setia menjadi guru keiling, sambil menyempurnakan ajaran agama Ji Kau yang saat itu mulai pudar karena kekalutan zaman. Kemudian ia wafat dalam usia 72 tahun, tepatnya pada tanggal 18 bulan Imlek, 479 SM dan dimakamkan di kota Chii Fu, Shantung. Misi Genta Rohani dilanjutkan oleh murid-muridnya dan para penganutnya dengan cara masing-masing. Di antara para muridnya yang terkenal adalah ‘Meng Tsu’ (372-288 SM) dan ‘Syuun Tze’ (300-235 SM). Dikarenakan cara penekanan dan penafsiran yang berbeda terhadap ajaran-ajaran gurunya, maka ajaran Kong Hu Cu yang kemudian disebarluaskan itu menjadi berbeda-beda. Sehingga muncul tidak kurang dari delapan lairan paham tentang ajaran Kong Hu Cu. Di samping itu ajaran Kong Hu Cu ini banyak pula mendapat saingan dari ajaran atau paham keagamaan lainnya. Betapapun juga kebanyakan orang Cina juga tidak menganut agama lain ia tetap menghormati ajaran Kong Hu Cu dengan muridnya Meng Tsu ke seluruh Tiongkok dengan beberapa perubahan. Kong Hu Chu disembah sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi agama baru, meskipun dia sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar biasa akan Kong Hu Chu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama dengan diadakannya perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Chu.
Sistem Ketuhanan
Ru Jiao atau agama Kong Hu Cu adalah agama monotheis, percaya hanya pada satu Tuhan, yang biasa disebut sebagai Thian, Tuhan Yang Maha Esa atau Shangdi (Tuhan Yang Maha Kuasa). Tuhan dalam konsep Kong Hu Cu tidak dapat diperkirakan dan ditetapkan, namun tiada satu wujud pun yang tanpa Dia. Dilihat tiada nampak, didengar tidak terdengar, namun dapat dirasakan oleh orang beriman.
Di dalam kitab Ngo King Tuhan biasa diberi kata sifat sebagai berikut:
Ø Siang Thian, artinya Thian Yang Maha Tinggi
Ø Hoo Thian, artinya Thian Yang Maha Besar
Ø Chong Thian, artinya Thian Yang Maha Suci
Ø Bien Thian, artinya Thian Yang Maha Pengasih
Ø Hong Thian, artinya Thian Yang Maha Kuasa, Maha Pencipta
Ø Siang Thian, artinya Thian Yang Maha Menciptakan Alam Semesta
Kong Hu Cu percaya adanya Thian yang selalu harus dihormati dan dipuja karena Dialah yang menjaga alam semesta. Oleh karena itu, manusia harus melakukan upacara-upacara keagamaan sesederhana dan sekhidmat mungkin agar mendapat berkah dari Thian. Dalam kaitan ini, umat manusia harus mencermati dan meneladani tingkah laku orang tua, karena menurut agama Kong Hu Cu, ornag tua adalah wakil Thian.
Tidak ada komentar:
Write komentar